Paroki Roh Kudus

Pendirian Gereja III

Home / Sejarah / Pendirian Gereja III

Pendirian Gereja III

Paroki Roh Kudus

A night for Holy Spirit

Sebuah Kenangan buat Roh Kudus

Tanggal 29 Juni 2001, diadakan malam dana. Kegiatan yang dikemas dengan judul A night for Holy Spirit ini merupakan salah satu bentuk menggalang partisipasi dalam proses pembangunan gereja. Malam itu semua yang hadir dipersatukan dari pelbagai macam latarbelakang oleh sentuhan nada dan musiki oleh alunan suara dan mimik yang khas. Kita ibarat sedang meretas jalan menuju kesatuan, menghargai satu sama lain di atas dasar kemanusiaan. Terkenang lagi pesan “Bhineka Tunggal Ika”; sesuatu yang mulai terlupakan, kata yang mulai kehilangan wujud dalam realita kita akhir-akhir ini.

Gereja yang terletak di JI. Raya I Gusti Ngurah Rai No. 97 Perumahan Purimas-daerah Rungkut, yang  desainnya merupakan hasil lomba 11 peserta ini diberi nama “Gereja Roh Kudus”. Gereja yang berada di kawasan Gununganyar ini didirikan berkat dukungan dan partisipasi banyak pihak. Yang patut dengan bangga kita catat adalah tingginya partisipasi langsung umat di paroki ini baik melalui iuran maupun melalui sumbangan dan kolekte kedua di hari Minggu mulai  tanggal 22 Juli 1999. “Memang Gereja ini betul-betul milik banyak orang” artinya setiap umat dengan caranya masing-masing berkorban sebagai bentuk  dukungannya atas pembangunan ini. Sedikit nama yang disebutkan dalam catatan ini, menunjukan bahwa  tidak sedikit orang atau pihak yang patut kita kenang dalam pembangunan gereja yang didesain Ir. Budhi Hermunanto ini. Peletakan batu pertama oleh Mgr Johanes Hadiwikarta Pr, tanggal 23 Oktober 1999.

Dengan diterbitkan IMB, proses awal pembangunan fisik  dimulai. Tetapi tidak lama berselang muncul kendala di lapangan. Ada keberatan terhadap pembangunan gereja walaupun proses perijinan sudah sesuai dengan tahap-tahap yang diminta, termasuk sosialisasi dan pendekatan. Tanggal 24 Mei 2001 didorong oleh rasa tanggungjawab sosial pada kehidupan bersama dan sesuai dengan arahan pimpinan pada level kecamatan dan kelurahan maka Dewan Paroki memutuskan agar pembangunan itu dihentikan untuk sementara waktu. Pilihan sosial yang diambil adalah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi tahap kedua. Proses ini sebenarnya tidak mudah karena dalam arti tertentu Dewan dan Panitia harus bekerja keras untuk menghadapi sekian banyak pertanyaan umat dengan versi dan titik pandang masing-masing. Kita tetap pada sikap dasar ini: Gereja merupakan representasi kehadiran umat Katolik dalam masyarakat maka pilihan kita adalah kehadiran gereja harus membawa suasana sejuk di tengah masyarakat. 

Sesudah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi akhirnya pembangunan fisik gereja kembali dimulai bulan Juli 2002 oleh PT Tata Mulia Nusantara setelah hampir setahun lebih dihentikan. Banyak pengalamam sosial religius yang kita tambah dari sini. Seiring dengan selesainya pembangunan fisik gereja, dilakukan juga pembangunan pastoran dan balai paroki plus interior gereja. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2003, bertepatan  dengan Pesta Pentekosta (turunnya Roh Kudus atas Para Rasul) dilaksanakan Misa Perdana di gereja ini dipimpin oleh Rm Vikjen Keuskupan Surabaya, Rm Julius Haryanto CM didampingi oleh Romo Paroki: Rm Remigius Sene, SVD dan Rm Gregorius Kaha, SVD. Hadir juga Rm Provinsial SVD Jawa: Rm Martin Anggut SVD serta Romo-Romo Tamu lainnya. Sejak saat berahmat itu, mulai diadakan misa setiap hari Minggu Pkl 07.30 di Gereja Roh Kudus Rungkut.

Pesan Akhir: “membangun gereja sebagai bangunan fisik itu mungkin mudah tetapi membangun gereja sebagai persekutuan umat itu yang sulit”

Kalau seluruh proses pembangunan ini direnungkan dengan tenang, maka kita temukan ternyata dalam proses itu kita belajar menghormati satu sama lain. Kita berusaha membangun kerjasama, berdialog dan berkomunikasi atas nama hidup bersama. Maka muncul pokok pikiran ini sebagai benang merah perjalanan kenangan kita.

Di akhir proses pembangunan fisik gereja kita sebenarnya ditantang untuk membangun dan membentuk persekutuan yang diwarnai semangat cinta kasih dan persaudaraan sejati. Orientasi tersebut bukan hanya untuk kepentingan gereja tetapi panggilan untuk mewujudkan tanggungjawab demi kebaikan bersama. Walau demikian kita masih diberi tantangan yakni terjadinya "Keretakan atau kerusakan" pada bangunan di beberapa lokasi.

Menilik alasan dan jenis kerusakan kita waktu untuk pembenahan. Tuhan pasti punya rencana tertentu dengan pengalaman ini. Jadi kalau pembangunan tidak berhenti di sini, kita pun perlu lebih menghayati pesan doa kita: “Semoga semangat cinta kasih menjadi fondasi utama dari pembangunan ini, yang meresapai hati semua umatMu, para anggota panitia, para tukang, pelaksana proyek dan bahkan semua masyarakat sekitar, sehingga pembangunan ini menjadi harapan dan kegembiraan bagi semua orang” (Doa untuk Pembangunan gereja Roh Kudus Rungkut; setiap hari minggu)

Bapak Uskup Johanes Hadiwikarta Pr dalam kunjungan ke lokasi gereja paska misa perdana, menghimbau pastor dan dewan untuk memikirkan secara serius lahan untuk parkir. “Banyak persoalan sosial bisa muncul juga karena parkir. Selain itu umat harus merasa aman dan damai ketika datang ke gerejanya maka dewan perlu mengantisipasi masalah lahan parkir ini sejak dari awal”, demikian masukan Bapak Uskup, yang kehadirannya membawa semangat baru.

Dengan bersedianya Rm Haryanto CM sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Surabaya memberkati rumah ibadah ini; kita semua boleh berbangga. Tetapi kita harus lebih bangga Iagi bahwa kita sedang diberi kesempatan sekaligus tanggungjawab untuk terus mengembangkan persaudaraan sejati, menciptakan suasana rukun dan damai di negeri tercinta ini. Semoga catatan kenangan ini menginspirasi setiap kita untuk menentukan sikap baik sebagai anggota gereja maupun sebagai warga negara yang baik. Akhirnya terimakasih selamat berbahagia.**