Paroki Roh Kudus

Renungan

Home / Renungan
Paroki Roh Kudus

Menjadi Terang bagi Sesama

Renungan Hari Minggu Biasa III / A

Yes 8:23b- 9:3 ; 1Kor 1:10-13.17 ; Mat 4:12-23 

 

Kita telah menerima Sabda Tuhan sebagai Kabar Gembira. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa kita hanya akan mengalami kegembiraan dan kebahagiaan. Kabar Gembira diberikan kepada kita sebagai terang dan kegembiraan untuk menguatkan kita dalam masa-masa gelap dan penderitaan. Kadang-kadang terjadi kekelaman yang sungguh pekat di dalam diri kita. Segala terang dan kegembiraan menghilang. Barangkali kita tidak diterima oleh sesama, gagal dalam pekerjaan atau barangkali sakit menimpa kita. Ada masa-masa ketika kita ditelan oleh badai kekelaman dan ketakutan.

Yesus adalah Terang yang menerangi kegelapan Galilea, lambang dari diri dan hidup kita yang senantiasa diliputi kegelapan karena perbudakan dosa. Dosa telah membuat hidup menjadi gelap dan kelam. Dalam situasi seperti itu, rakyat Galilea merindukan terang atau cahaya dari Tuhan yang menerangi situasi hidup mereka. Nabi Yesaya menulis, “bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar dan mereka yang diam di negeri kekelaman atasnya terang telah bersinar.” Kegelapan itu menimpa manusia karena mereka hidup dalam pertentangan, konflik dan saling mengklaim dan memisahkan diri sebagaimana yang digambarkan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Golongan Paulus dan Apolos adalah simbol pertentangan dalam komunitas Kristen yang boleh jadi masih hidup sampai saat ini. Perbedaan itu ada dan hadir juga dalam diri dan hidup kita. Paulus mengajak kita untuk membangun kesatuan di dalam komunitas Gereja di mana ada kegembiraan, kebahagiaan dan persaudaraan. Sebuah tempat hidup di mana setap orang saling menerima, saling berbagi hidup dan saling mengasihi. Tuhan mengasihi semua orang, bahkan segala ciptaan di atas bumi ini. Ini ajakan bagi kita untuk bertobat, membangun rekonsiliasi bathin dengan sesama manusia dan segenap ciptaan Tuhan demi sebuah kehidupan yang utuh dan damai.

Yesus tampil di Galilea setelah Yohanes Pembaptis mengundurkan diri. Ia hadir di antara orang-orang yang dicap kafir oleh kaum Yahudi untuk menerangi mereka agar kembali ke jalan yang benar sesuai kehendak Allah. Ia menggenapi ramalan Nabi Yesaya dalam bacaan pertama yaitu menghadirkan terang melalui ajaran dan mukjizat penyembuhan yang mengungkapkan bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan Umat-Nya. Bahwa Allah yang dihadirkan-Nya adalah Allah yang penuh kasih yang mencintai semua manusia tanpa memandang sekat-sekat yang dibangun manusia untuk mengkotak-kotakkan manusia. Allah hadir untuk semua orang bahkan segenap ciptaan di muka bumi.

Kristus yang hadir menerangi kita melalui kesaksian hidup-Nya yang konkret di tengah umat Galilea. Ia menjadikan ajaran kasih itu sebuah kenyataan yang menggerakkan orang untuk lebih beriman kepada Allah. Yesus adalah inspirasi bagi kita untuk menjadikan hidup kita sebuah kesaksian bagi sesama melalui pikiran, perkataan dan teladan hidup kita. Hidup yang diabdikan bagi kebahagiaan dan kesejahteraan sesama, bukan sebatas hanya untuk konsumsi egoisme diri kita, keluarga dan orang-orang dekat kita saja. Kristus mengajak kita untuk keluar dari diri kita dan mengabdikannya untuk kebahagiaan sesama. Dengan demikian kehadiran dan karya-karya kita, betapa pun sederhana dan kecilnya, akan menjadi saat di mana orang melihat Allah sendiri yang berkarya di dalam kita. Inilah jalan bagi sesama kita untuk memuji dan memuliakan Allah melalui kesaksian hidup kita. A m i n.

- Dominikus Beda Udjan, SVD (RIP 15-5-2022) -