Paroki Roh Kudus

Renungan

Home / Renungan
Paroki Roh Kudus

Yesus Sang Gunung Batu

Renungan Hari Minggu Prapaskah III / A

Kel 17:3-7 ; Rm 5:1-2,5-8 ; Yoh 4:5-15,19b-26,39a,40-42

 

Hari ini adalah hari minggu prapaskah III. Bacaan pertama mengisahkan bangsa Israel yang berjalan di padang gurun mengalami kehausan dan mendambakan air. Tuhan telah memberi mereka air dari gunung batu. Bacaan kedua mengingatkan kita akan kasih Allah yang telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Injil Yohanes mengisahkan pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria. Perempuan yang tadinya terhalang berbagai macam hal (permusuhan orang Samaria terhadap orang Yahudi, kehidupan pribadi perempuan itu sendiri) pada akhirnya berhasil menyadari bahwa orang yang di hadapannya adalah Mesias dan sumber air abadi.

Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Tanaman yang tidak mendapat air akan menjadi kering, layu dan pada akhirnya mati. Demikianpun dengan manusia yang tidak dapat hidup tanpa air. Perjanjian lama mengisahkan Musa memimpin umat Israel untuk keluar dari negeri perbudakan menuju tanah terjanji. Mereka harus melewati padang gurun yang tandus. Kehidupan di padang gurun yang sulit membuat mereka tidak percaya lagi pada Yang Ilahi. Ketika mereka kehabisan air, marahlah mereka kepada Musa. Kemudian Tuhan meminta Musa naik ke atas gunung batu dan memerintahkannya, "Haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum".

Masa prapaskah ini memberi kesempatan kepada kita secara khusus untuk merenungkan karya penebusan Kristus melalui penderitaanNya. Yesus Sang Gunung Batu harus dipukul dan disiksa untuk menjadi sumber air kehidupan. Dari penderitaanNyalah mengalir berkat berlimpah yang diberikan kepada kita manusia. Yesus telah menjadi sumber mata air hidup yang kekal yang akan terus memancar tidak pernah kering. Sebagaimana gunung batu yang dipukul telah menjadi sumber berkat bagi bangsa Israel, Kristus telah menjadi sumber rahmat bagi gereja.

Injil Yohanes mengajak kita untuk menyadari bahwa Tuhan tetap mendatangi manusia, meskipun mata hati kita sering kabur sehingga tidak dapat mampu melihatnya dengan jelas. Tuhan sering menyapa dan berusaha menyadarkan kita lewat berbagai peristiwa hidup. Dari berbagai peristiwa hidup itu kita baru menyadari bahwa ada kekuatan dari Allah yang mendekati dan senantiasa menolong. Kita juga diajak untuk menyadari bahwa halangan sosial dan sisi gelap yang dimiliki seseorang tidak boleh membatasi dan menghalangi kita untuk berjumpa dengan Tuhan.

Setiap manusia tidak terlepas dari kesalahan dan sisi gelap dalam kehidupan. Yang terpenting bagi kita adalah membuka hati untuk menerima aliran rahmat dari Tuhan melalui karya Roh Kudus. Dengan rendah hati kita harus bertobat, menyadari segala dosa dan kesalahan. Gereja Katolik memberi kesempatan umatnya untuk menerima rahmat Tuhan melalui sakramen tobat atau pengakuan dosa. Dalam semangat pertobatan, kita perlu datang kepada Tuhan untuk “mengakui” Allah yang berbelas kasih. Kita juga datang untuk “mengakui” dosa dan kelemahan kita.

Kita perlu bertanya, apakah semangat pertobatan itu sudah ada pada diri kita? Ataukah kita masih berkeras hati merasa diri paling benar? Marilah kita mempersiapkan diri menyambut paskah dengan semangat pertobatan, sehingga kita lebih pantas untuk menerima air hidup yang Tuhan janjikan, yaitu Roh yang Kudus. KehadiranNya membuat kita tidak akan haus lagi dan selalu disegarkan. Yesus Sang Gunung Batu, menjadi sumber air abadi, memberi kehidupan kekal bagi semua orang yang menyandarkan hidup kepada-Nya.

- Korinus Budaya, SVD -