Paroki Roh Kudus

Renungan

Home / Renungan
Paroki Roh Kudus

Dr. Sambel Terasi

Renungan Hari Raya Pentakosta / C
Kis 2:1-11 ; Rm 8:8-17 ; Yoh 14:15-16,23b-26

 

Tersebutlah sebuah kisah tentang dr Sambel Terasi. Dia adalah seorang dokter muda. Telah cukup lama mengabdikan diri di sebuah kampung di pedalamanan Kalimantan Timur. Nama yang pendek ini berasal dari sulitnya orang di pedalaman untuk mengingat-ingat namanya. Nama asli dari dr Sambel Terasi sebenarnya indah, secantik orangnya. Dan orang di pedalaman mengutak-utik, untuk memberi nama baru. Maka dikenallah nama yang sebenarnya dr Samira Bella Teresa Sinta ini dengan dr Sambel Terasi.

Suatu hari ketika di tempat kerjanya dr Sambel Terasi ini kedatangan seorang gadis muda. Akibat pergaulan orang muda jaman milenial yang “kebablasan” akhirnya Agnes Koplakwati, seorang gadis muda, hamil. Karena tidak mau bertanggung jawab maka sang pacar menghilang tanpa jejak dan meninggalkan Agnes Koplakwati sendiri dalam kesulitannya. Tentu saja Agnes Koplakwati malu, apalagi dia belum ingin mempunyai anak. Dia masih mau menikmati masa muda tanpa beban. Akhirnya Agnes Koplakwati memutuskan untuk pergi kepada seorang dokter, dr Sambel Terasi dan meminta supaya bayi yang ada dalam kandungannya digugurkan. Agnes Koplakwati minta supaya dr Sambel Terasi melakukan abortus. Sebagai anak dari keluarga berada Agnes Koplakwati bersedia membayar berapa saja asalkan dr Sambel Terasi mau melakukannya. Dr. Sambel Terasi keberatan atas permintaan itu. “Saya, seorang dokter katolik. Dan menurut ajaran Gereja Katolik abortus sama dengan membunuh “bayi”, kata dr. Sambel Terasi seraya menolak. “Tetapi … dokter tolonglah saya”, Agnes Koplakwati terus mendesak. “Saya tahu ada banyak dokter telah melakukannya. Kalau saja dokter bersedia, saya akan membayar berapa saja yang dokter minta. Dan lagi, saya bisa membawa teman-temanku yang lain juga dan dokter bisa menjadi sangat kaya, sebab teman-temanku adalah orang-orang kaya”.

Dr. Sambel Terasi tetap bertahan pada pendapatnya 'Gereja Katolik menolak Abortus', lalu menyuruh Agnes Koplakwati pergi. Sambil mengatakan bahwa abortus itu tidak dibenarkan menurut ajaran gereja Katolik. Dr. Sambel Terasi adalah contoh orang katolik yang mempunyai keberanian untuk mengatakan apa yang benar dan sesungguhnya menurut ajaran gereja katolik. Dr. Sambel Terasi adalah model seorang dokter katolik yang telah dipenuhi Roh Kudus dan mengalami pembaharuan, dia tidak takut berbicara dan berbuat yang benar. Dr. Sambel Terasi berusaha untuk mempertahankan ajaran moral Katolik dalam jabatan dan pekerjaannya. Sekali pun godaan untuk melanggar ajaran gereja katolik juga datang bertubi-tubi.

Hari ini gereja sejagat merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus memenuhi para Rasul. Sebelumnya para Rasul adalah orang-orang penakut yang bersembunyi dalam ruangan yang tertutup rapat. Mereka takut dikenal sebagai pengikut Yesus. “Ketika hari malam pada hari pertama minggu itu murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi”. Namun, setelah dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka berani berbicara terbuka tentang Kristus. Mereka berubah karena Roh Kudus dan mereka diperbaharui.
Roh Kudus memberi hidup baru kepada para murid sehingga mereka mempunyai keberanian untuk memenuhi perintah Yesus, untuk mengajar segala bangsa. Para rasul melayani Roh Kudus dengan mewartakan kebenaran atau dengan berkata tentang hal-hal yang sebenarnya.

Saudara-i, Roh Kudus yang sama telah memberi kita hidup baru ketika kita menerima sakramen permandian, secara khusus ketika kita menerima sakramen penguatan atau krisma.

Karena itu, sebagai warga gereja, kita mempunyai kewajiban yang sama melayani Roh Kudus yaitu dengan mewartakan kebenaran atau berbicara hal yang sebenarnya. Kita berkewajiban mempertahankan ajaran moral Katolik yang bersumber pada Injil. Gereja tidak boleh takut mengatakan bahwa pengguguran (abortus) adalah salah dan harus dihentikan! Hak asasi manusia adalah sama dimana-mana dan harus dihargai! Ketidak-adilan, korupsi, pemerasan, menuntut uang pelicin tidak sesuai dengan nilai kasih Kristiani, dan harus diberantas.
“Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus kamu”. Hari ini hari Pentakosta. Hendaknya pada hari ini kita membaharui janji kita untuk melaksanakan dan mengatakan ajaran moral Katolik tanpa takut-takut, di tempat kerja kita, dalam rumah tangga kita, dalam masyarakat kita. Yesus mengutus kita untuk melaksanakan itu.

Yesus berkata: “Pergilah dan jadikanlah segala bangsa murid-Ku, dan permandikanlah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Mereka mulai mengajar dan mulai mewartakan Kerajaan Allah setelah Roh Kudus menguatkan mereka. Roh Kudus turun atas mereka pada hari Pentakosta. Dan itulah hari pertama para rasul mulai mengajar orang. Inilah alasan bahwa hari Pentakosta adalah hari lahirnya Gereja. Mari kita menanggapi tugas perutusan itu dengan gembira. Semoga.***

- Joseph Purwo Tjahjanto, SVD -