Paroki Roh Kudus

Renungan

Home / Renungan
Paroki Roh Kudus

Parto Bebek.......

Renungan Hari Minggu Biasa XXIII / C

Keb 9:13-18 ; Flm 9b-10,12-17 ; Luk 14:25-33

 

Parto, sebuah nama indah yang diberikan oleh orang tuanya. Seorang pemuda yang gagah dari desa Pegelrejo, di daerah Curahjati. Orangtuanya memang pernah berharap Parto kelak bertumbuh dengan normal, tetapi rupanya harapan itu tak kesampaian. Ketika kecil Parto pernah diserang malaria Tropika yang ganas, sehingga otaknya tidak berkembang dengan sempurna. Parto mengalami kebelakangan mental. Namun demikian Parto adalah anak yang rajin dan ulet, orangtuanya lalu menyerahkan sekawanan bebek untuk dipeliharanya. Sementara itu di desa Pegelrejo tinggal juga seorang guru Sekolah Menengah, namanya Parto. Agar tak keliru maka orang memanggil Parto pemelihara bebek dengan sebutan Parto Bebek. Walaupun Parto Bebek mempunyai keterbelakangan mental, namun ia memiliki kejelian untuk menyelidiki. Biasanya sambil menggembalakan bebek-bebeknya Parto Bebek mengamat-amati tingkah laku mereka itu. Mari kita lihat hasil pengamatannya tentang kebiasaan bebek-bebeknya.

Salah satu kebiasaan bebek ialah gampang ikut bebek yang ada di depan. Kalau bebek yang ada di depan membelok ke kiri semua akan ke kiri. Kalau bebek yang di depan masuk ke dalam kolam, semua yang lain masuk ke dalam kolam. Kalau bebek yang di depan masuk ke dalam kandang, bebek yang lain akan ikut masuk ke dalam kandang. Kalau bebek yang di depan berlari maka semua akan berlari dengan kecepatan yang sama. Kalau bebek yang di depan berhenti, maka bebek yang lain juga akan berhenti. Kelihatannya bebek-bebek yang ada di belakang “asal ikut” saja apa yang dibuat bebek yang paling depan. Repotnya kalau bebek yang di depan masuk jurang, semua akan masuk jurang. Kalau bebek yang di depan masuk kebun orang, semua akan ramai-ramai masuk kebun orang.

Cerita tentang kawanan bebek adalah cerita tentang cara hidup yang 'ikut-ikutan' atau 'ikut ramai-ramai'. Lakukan saja apa yang lain juga lakukan. Manusia yang demikian itu bertindak bukan karena pikiran sendiri. Ada kesan melakukan sesuatu tanpa kesadaran yang penuh bahkan tanpa kesadaran.

Manusia pun sering kali suka 'ikut-ikutan' dalam banyak hal. Kalau ada 'orang terkenal' memangkas pendek rambutnya, semua orang akan memangkas pendek rambut mereka. Tidak peduli entah model itu cocok untuk kepala yang jelek atau tidak. Kalau ada orang membiarkan rambutnya panjang, semua orang juga akan membiarkan rambutnya panjang. Tidak peduli, entah rambutnya lurus atau keriting.

Orang yang selalu gampang ikut-ikutan adalah orang yang belum atau tidak mempunyai pendapat sendiri, masih kanak-kanak, tidak punya pendirian. Biasanya mereka tidak bisa memberi alasan mengapa berbuat demikian, tetapi mereka melakukannya. Orang yang ikut-ikutan biasanya mempunyai sikap setengah-setengah.

Dalam Injil, Yesus tidak suka kalau orang mengikuti dia hanya karena mau ikut-ikutan. Ketika Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem, Ia meminta kepada banyak orang untuk mengikuti Dia dengan penuh kesadaran, dengan pertimbangan yang matang. Tidak boleh mengikuti Dia dengan setengah hati. Mengikuti Yesus harus mengutamakan, bahkan harus mengalahkan kepentingan sanak keluarga. Mengikuti Yesus harus dipikir matang-matang, tidak boleh bersikap “hantam saja”. Harus seperti tukang yang membuat bejana yang menyeluruh. Atau seperti pemimpin perang yang tahu mengukur kekuatan lawan. Seorang Jendral yang tahu strategi bertempur.

Nyatanya, mengikuti Yesus secara utuh dan betul mendalam tidak gampang. Betul, kita mempunyai keinginan untuk itu, tetapi sering kita gagal. Atau kita tidak sadari, kita menjadi atau bersikap seperti mengikuti Yesus secara ikut-ikutan.

Pada hari Minggu ketika kita ke Gereja, kita seperti orang yang ikut-ikutan. Kita ikut ramai-ramai ke Gereja. Sampai di Gereja kita hanya duduk menunggu misa selesai. Kita tidak menyanyi, tidak berdoa. Kita tidak mempunyai persiapan untuk beribadah. Kita ke Gereja seperti ke tempat pertandingan. Tidak membawa apa-apa. Kita tidak membawa buku-buku ibadat atau alat ibadat lainnya. Sepanjang ibadat kita diam macam patung. Tetapi kita akan memberi kritik keras tentang liturgi yang jelek dan tidak mengesankan.

Sekarang ini ada banyak kelompok doa. Semua kelompok doa itu baik, kalau diikuti dengan atau sungguh. Ada orang yang mau ikut semua kelompok atau organisasi persekutuan doa. Tetapi orang yang mau ikut-ikutan, biasanya tidak bertahan. Baru satu bulan atau dua bulan mereka sudah mundur. Kalau sudah mundur maka yang dipermasalahkan ialah kelompok doa itu. Orang jarang mempermasalahkan diri bahwa dulu dia ikut tanpa pertimbangan yang matang.

Kalau kita mau mengikuti sesuatu hanya karena mau ikut ramai, kita bisa mengecewakan orang, dan Yesus pun ikut kecewa. “Barangsiapa tidak melepaskan diri dari segala miliknya, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Marilah mengikuti Yesus dengan serius dan sungguh. Amin.

 

Sumber : Romo Joseph Purwo Tjahjanto, SVD - Warta Paroki No.36 Tahun VI

- Joseph Purwo Tjahjanto, SVD -